BANDAR JUDI CASINO ONLINE - Kedelai adalah salah satu jenis makanan yang tentu sudah sangat familiar bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, salah satu makanan khas Indonesia, yaitu tempe, terbuat dari kedelai. Selain itu, kedelai juga digunakan sebagai bahan utama untuk makanan lain seperti susu kedelai atau membuat tahu.
Selama ini kedelai diketahui memiliki banyak manfaat kesehatan. Namun tak sedikit pula hal yang masih belum jelas mengenai kedelai seperti apakah kedelai aman untuk pria? Apakah benar kedelai bisa menyebabkan kanker payudara? Hal-hal semacam ini kemudian menjadi mitos yang masih dipercaya oleh banyak orang.
Ada beberapa mitos yang cukup populer dan banyak dipercayai oleh masyarakat Indonesia. Padahal mitos tersebut keliru dan tak sepenuhnya benar. Berikut ini adalah 5 Mitos Salah Tentang Kedelai yang sebaiknya berhenti Anda percayai, seperti dilansir oleh Asiabolabet.info :
Manusia membutuhkan protein yang bisa mereka dapatkan dari tumbuhan maupun hewan. Ini karena tubuh tak bisa memproduksi proteinnya sendiri. Ada banyak sumber protein yang baik, namun selama ini banyak orang yang percaya bahwa kedelai bukanlah sumber protein yang bisa diandalkan.
Faktanya, kedelai justru salah satu sumber protein yang sangat baik, terutama untuk vegetarian yang tak bisa mendapatkan protein dari hewan. Kedelai disebut sebagai protein komplet. Artinya kedelai mengandung semua asam amino esensial yang diperlukan tubuh. Satu cangkir kedelai mengandung 22 gram protein, hampir sama dengan satu porsi steak daging. Namun jika kedelai diolah menjadi tahu, satu porsi hanya mengandung sembilan gram protein saja.
Ada banyak makanan olahan yang menyerupai daging namun dibuat dengan bahan kedelai. Beberapa bisa berbentuk seperti sosis, nugget ayam, atau lainnya. Hal semacam ini dianggap tetap sehat karena bahan utamanya adalah kedelai.
Faktanya, membentuk kedelai dan mengolahnya menjadi berbagai macam makanan olahan tak selamanya sehat. Hal ini berkaitan dengan proses pengolahan. Pada proses pengolahan, terutama jika makanan tersebut kemudian dikemas atau dibekukan, jelas melibatkan penggunaan bahan pengawet dan lainnya.
Kebanyakan produk semacam ini kaya akan sodium dan lemak, meski terbuat dari bahan dasar kedelai. Lebih baik mengonsumsi kedelai dalam bentuk paling alami atau olahan ringan seperti menjadikannya tahu dan tempe, serta tidak terlalu banyak mengolahnya.
Kedelai dikenal sebagai salah satu makanan yang mengandung estrogen atau hormon wanita. Hal inilah yang kemudian membuat banyak orang mengaitkan kedelai dengan munculnya tumor atau kanker payudara. Sehingga mulai banyak wanita yang takut mengonsumsi terlalu banyak kedelai atau olahannya seperti susu kedelai.
Faktanya, kanker memang bisa tumbuh akibat adanya estrogen dan kedelai memang banyak mengandung estrogen. Namun tak ada kaitan langsung antara kedelai dengan munculnya kanker. Dalam beberapa penelitian pada hewan diketahui bahwa zat dalam kedelai yaitu isoflavone yang bekerja seperti estrogen bisa membuat kanker tumbuh lebih cepat.
Namun peneliti juga mengingatkan bahwa tubuh manusia memproses isoflavone secara berbeda dengan tikus dan hewan. Dalam penelitian yang dilakukan pada manusia, mengonsumsi kedelai tak berkaitan dengan risiko kanker payudara.
Ada orang yang tak menyukai kedelai atau bentuk olahannya seperti tahu, tempe, atau susu kedelai, namun ingin mendapatkan manfaat dari makanan tersebut. Dengan demikian, mereka berpikir bahwa mengonsumsi suplemen protein dari kedelai adalah tindakan yang tepat untuk menggantikannya. Padahal ini adalah mitos yang keliru.
Faktanya, ada banyak penelitian yang dilakukan terhadap suplemen berbasis protein kedelai. Hasil akhirnya masih meragukan dan para ahli tak menyarankan seseorang mengonsumsi suplemen protein kedelai hingga lebih banyak penelitian dilakukan dan mendapatkan hasil yang jelas. Meski begitu, penggunaan dalam jangka pendek dianggap tidak berbahaya. Namun jangan menggunakan suplemen protein kedelai dalam jangka panjang.
Kedelai yang mengandung estrogen atau hormon wanita dianggap tak baik untuk pria. Ini karena estrogen dianggap bisa menurunkan hormon testosteron pada pria dan menyebabkan masalah. Karena itu banyak pria yang diingatkan untuk menjauhi kedelai atau tak mengonsumsi terlalu banyak kedelai.
Faktanya, tak ada penelitian klinis yang mendukung gagasan dan ketakutan ini. Terdapat dua kasus yang menunjukkan bahwa pria mengalami perubahan pada tubuhnya setelah mengonsumsi kedelai dalam dosis tinggi. Namun bahkan dengan konsumsi kedelai yang di atas rata-rata, bahkan lebih tinggi dari konsumsi yang dilakukan orang Asia, tak ada penelitian yang menemukan bukti bahwa pria harus menghindari kedelai. Bahkan sebaliknya, pria bisa mendapatkan asupan nutrisi dari kedelai yang bisa menurunkan risiko kanker prostat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar