AGEN JUDI - Anggi Nurma Sita Sari (27) membutuhkan pertolongan. Wanita yang tinggal di Kelurahan Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, ini menderita tumor ganas di wajahnya. Harapannya hanya satu: ingin kecantikannya kembali seperti semula.
Kepada ASIABOLABET, Sabtu (11/10), Anggi bercerita soal awal mula penyakit tersebut. Pada tahun 2005, ibu dua anak ini sudah merasakan ada benjolan kecil wajahnya. Saat diperiksa, dokter pun masih menyebut tidak apa-apa, termasuk saat dicek ke dokter spesialis THT.
"Lalu pada tahun 2006 setelah aku nikah dan punya anak sudah mulai ada gejala rasa sakit, cuma dibiarkan saja, karena waktu itu benjolannya baru sebesar ibu jari," cerita Anggi.
Tahun 2007, benjolan itu rupanya semakin membesar. Hingga akhirnya pada tahun 2008, besarnya sudah sama dengan kepalan tangan bayi.
"Akhirnya saya divonis menderita tumor," terangnya. Pengobatan pun mulai dilakukan kala itu ke sejumlah rumah sakit daerah menggunakan Jamkesmas.
Tahun 2011, Anggi hamil anak kedua. Oleh dokter kandungan, Anggi dilarang untuk caesar karena dikhawatirkan berpengaruh pada tumornya. Setelah melalui perjuangan yang hebat, dia akhirnya bisa melahirkan secara normal yang dianjurkan oleh sang dokter kandungan.
"Setelah melahirkan anak kedua, baru seminggu melahirkan tumor saya langsung membesar hampir sebesar kepala bayi. Jadi nggak bisa makan dan mulai tumbuh di langit-langi mulut saya, mungkin karena mengejang saat melahirkan, otot saya saat itu tegang semua,"
Pengobatan pun berlanjut hingga tahun 2012. Dia menjalani tes CT Scan, biopsi dan rawat jalan. Menurut Anggi, dokter syaraf yang mengobatinya tak mau melakukan operasi karena berisiko tinggi. "Bisa kena stroke, koma berkepanjangan bahkan kematian," semua dokter tidak berani operasi tumor diwajah saya.
"Dokter bilang, sekarang saya disuruh menikmati sisa hidup saya saja di rumah, karena untuk mengangkat tumor ini juga sudah ganas, sudah stadium akhir," sulit dan tidak mungkin untuk disembuhkan lagi.
Sejak itu, setiap dokter yang ditemui Anggi, jawabannya selalu sama: menyerah. Dia juga sudah berutang ke mana-mana untuk berobat. Namun tumornya tak kunjung bisa diatasi dan alhasilnya makin membesar.
"Suami saya cuma sekuriti di kawasan BSD. Saya punya anak 2, umur 7 dan 3 tahun. Saya cuma ibu rumah tangga biasa,"
Meski sudah banyak dokter yang menyerah, Anggi masih punya harapan. Terutama harapan untuk hidup dan melihat kembali wajahnya seperti sedia kala. Satu-satunya cara yang masih dia lakukan adalah dengan pengobatan alternatif yang bersifat sementara saja.
"Cuman sekali rawat itu bisa ngabisin uang sampai Rp 400 ribu, sementara keadaan saya cuma seperti ini," dan saya pun pasrha dengan keadan yang menimpah saya, hanya saja saya sangat sedih kelat saya tidak bisa membhagiakan suami dan kedua anak saya. (pnc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar