BANDAR JUDI BOLA ONLINE - Lebaran menjadi salah satu momen penting bagi masyarakat Nusantara yang mayoritas beragama Islam. Banyak tradisi unik digelar untuk menyambut hari raya Idul Fitri tersebut. Beberapa daerah bahkan punya tradisi unik di saat lebaran. Hal ini lah yang membuat banyak warga memilih merayakan lebaran di kampung halaman atau mudik.Berbagai cara akan ditempuh demi bisa berlebaran di kampung halaman.
Lalu apa saja tradisi unik yang dilakukan beberapa daerah di Nusantara? Berikut adalah 5 Tradisi Unik Sambut Lebaran Di Indonesia seperti yang dilansir asiabolabet.info :
Tradisi unik lainnya bisa kita saksikan di Jember, Jawa Timur. Warga Jember selalu menyelenggarakan pawai pegon atau pedati (kereta yang ditarik sapi) di hari ketujuh lebaran. Tradisi dimulai dengan menghias puluhan hingga ratusan pedati dengan janur kuning.
Warga lalu beramai-ramai
naik pedati menuju pesisir pantai. Setibanya di pantai Watu Ulo, warga
lalu bersama-sama menyantap ketupat. Tradisi ini juga untuk melestarikan pegon atau pedati yang semakin tersisihkan oleh transportasi modern.
Warga Bengkulu juga punya tradisi unik
untuk menyambut datangnya hari raya Idul Fitri atau lebaran. Warga
Bengkulu menyebut tradisi ini Ronjok Sayak atau bakar gunung api. Tradisi
Ronjok Sayak ini disebut-sebut sudah dilakukan oleh Suku Serawai sejak
ratusan tahun lalu. Seperti halnya meriam karbit di Pontianak, tradisi
ini juga dilakukan pada malam takbiran. Namun bedanya, Ronjok Sayak
dilakukan di depan rumah setiap warga.
Ronjok Sayak atau bakar
gunung api menggunakan batok kelapa yang disusun seperti tusuk sate
hingga menjulang. Batok kelapa yang sudah disusun di depan rumah
warga itu lalu dibakar. Karena ini disebut bakar gunung api. Waktu
pembakarannya pun serentak yakni selepas salat isya. Tradisi ini pun
membuat suasana lebaran semakin meriah dan semarak.
Usai lebaran, di
Yogyakarta selalu ditandai dengan perayaan Grebeg Syawal. Tradisi ini
juga ada di beberapa daerah di Jawa Tengah. Grebeg
Syawal sendiri merupakan tradisi keraton dalam memperingati lebaran
atau 1 Syawal. Tradisi turun temurun ini diawali dengan keluarnya
Gunungan Lanang (Kakung) dan dibawa ke Mesjid Gede Keraton Nyayogyakarta
untuk didoakan.
Gunung Lanang tersusun dari sayuran, buah-buahan dan hasil bumi lainnya. Gunungan ini akan dikawal oleh prajurit keraton. Setelah
selesai didoakan, warga akan berebut untuk mendapatkan isi gunungan.
Mereka percaya jika memperoleh sayuran, buah-buahan dan hasil bumi
lainnya dari gunungan tersebut akan mendapat berkah dan ketentraman. Tak
ayal banyak warga Kota Gudeg yang selalu menunggu moment tersebut.
Lain Pontianak, lain pula di Aceh. Di Negeri berjuluk Serambi Mekkah ini juga punya tradisi unik untuk menyambut lebaran. Warga Aceh memiliki tradisi yang disebut Meugang. Meugang
adalah tradisi turun temurun yakni memasak daging yang kemudian
dibagikan kepada kaum dhuafa serta dimakan bersama-sema keluarga.
Meugang juga bisa dilakukan secara berkelompok dengan menyembelih sapi atau kambing. Meugang
dilakukan di kampung-kampung, pelosok bahkan di perkotaan Aceh. Meugang
biasanya dilakukan di masjid-masjid. Tradisi ini sekaligus menguatkan
ikatan antar warga di Tanah Rencong.
Warga Pontianak punya
cara untuk menyambut datangnya Lebaran. Warga mengadakan festival meriam
karbit tepat di saat malam takbiran. Festival
ini sudah menjadi tradisi khusus di Pontianak. Di mana saat malam
takbiran, ratusan meriam yang terbuat dari bambu dan diberi karbit
dijejerkan di pinggir Sungai Kapuas. Meriam-meriam itu lalu disulut
sehingga tampak seperti perang.
Festival meriam karbit
itu sendiri digelar untuk mengenang pendiri Kota Pontianak, Sultan
Syarif Abdurahman Alkadri. Dahulu Sultan Syarif punya kebiasaan mengusir
kultilanak dengan membunyikan meriam. Hal
itu lalu dilakukan terus menerus saat malam takbiran dan kini sudah
menjadi tradisi. Dan saat ini Pemerintah Kota Pontianak mengemas tradisi
itu menjadi festival di Pelabuhan Sangie Pontianak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar